Kampung wisata sablon


Sabtu, 02 April 2016

On 11.20 by Unknown   3 comments
Tangan kanannya mengendalikan "mouse". Sementara tangan kirinya sibuk memainkan "keyboard". Siang itu kedua tangannya memandu bola matanya menyelesaikan desain kaus penuh warna. "Saya masih harus banyak belajar," kata Iwan merendah saat ditemui di tempat kerjanya di RW 05 Muararajeun Lama, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung. Di Muararajeun, Iwan tergolong desainer senior. Ia memulainya tahun 2000-an dengan menggambar manual. 
Seiring perkembangan zaman, ia belajar mengoperasikan beragam program desain digital. Kini, ia mampu membuat 30-50 desain kaus per bulan. Desainnya sudah dipasarkan di sejumlah kota besar di Indonesia hingga Australia dan Jerman.
"Sekarang sulit meluangkan waktu untuk mengulang masa lalu. Selain banyak pesanan, saya punya beberapa anak buah yang harus dibimbing" katanya sembari tertawa lebar. Sebelum tahun 2000, iwan tidak bisa tertawa selepas itu. Muararajeun pernah menjadi tempat tak ramah baginya. Putus sekolah, tenggelam dalam minuman keras, dan kebiasaan tawuran.
Iwan akhirnya mendapat jawaban saat Ibrahim Subagio alias Bram, tetangga Iwan dan perintis usaha sablon di Muararajeun, mengajaknya bergabung membuat sablon dan kaus. Bram dan Iwan akhirnya berkolaborasi hingga sekarang.
Karya Bram dan Iwan banyak dipesan. Hal ini membuat banyak mata pemuda Muararajeun terbuka. Mereka mulai bertanya cara mendesain, menyablon dan membuat kaos. Bram dan Iwan siap membantu dan perlahan mampu meredam stigma Muararajeun dari kampung cadas menjadi kampung cerdas. Sekarang tercatat 70 orang di RW 05 bekerja di sektor ini. Lebih dari 300 kaos dibuat warga setiap harinya. Ibu rumah tangga juga diberdayakan yang mayoritas bekerja di bagian cek akhir dan pengepakan. "Tahun ini kami akan mendeklarasikan tempat ini menjadi 'Kampung Wisata Sablon'," kata Bram.


-Harian Kompas, Minggu 20 Maret 2016-
oleh Cornelius Helmy Herlambang